Minggu, 21 Oktober 2012

Cara Menggunaan Proteus ║ Proteus ISIS ║ Proteus ARES ║ Software Simulasi Rangkaian Elektronik ║ Electronic Software [] Download Software Simulasi Elektronik Elektronika

Software Electronic / elektrik berikutnya yaitu Proteus ISIS dan Proteus ARES disini boss bisa membuat simulasinya secara lengkap, baik itu IC dan komponen lain - lain  secara lengkap sobb, berikut video Tutorialnya bozz oke silahkan disimak aja sob :

download proteus: PROTEUS

 untuk membuat mikrokontroler juga bisa gan pokoknya mantab boss. :))

Selasa, 24 April 2012

Isolator ║ Insulator ║ Isolator Transmisi ║ Isolator Hantaran Udara

jenis isolator yang digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin atau gelas.

menurut penggunaan dan konstruksinya, isolator diklasifikasikan menjadi:
a. isolator jenis pasak.
b. isolator jenis pos-saluran.
c. isolator gantung.

isolator jenis pasak dan isolator jenis pos-saluran digunakan pada saluran transmisi dengan tegangan kerja relatif rendah (kurang dari 22-33 kV), sedangkan isolator gantung dapat digandeng menjadi rentengan/rangkaian isolator yang jumlahnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
1. Umum
Isolator  mempunyai peranan penting untuk mencegah terjadinya aliran arus dari konduktor phasa ke bumi melalui menara pendukung. Dengan demikian,  isolator merupakan bagian penting dalam sistem transmisi energi listrik. Beberapa persyaratan penting yang harus dimiliki suatu isolator adalah:
Isolator harus mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi.
-  Memiliki kekuatan dielektrik yang tinggi.
- Mempunyai nilai resistivitas yang tinggi untuk memperkecil arus bocor  yang  terjadi.
-  Tidak mudah keropos dan tahan terhadap masuknya gas-gas ataupun  cairan-cairan ke dalam   bahan isolator.
-  Tidak dipengaruhi oleh perubahan suhu.
2. Bahan-bahan Isolator
2.1 Isolator Porselen
Porselen berasal dari tanah liat yang mengandung aluminium silikat, kemudian aluminium silikat ini direaksikan dengan plastik kaolin, felspar, kwarsa dan campuran ini dipanaskan pada tempat pembakaran dengan suhu yang diatur. Komposisi bahan bakunya adalah: 50% tanah liat, 25% felspar, 25% kwarsa. Isolator yang dihasilkan harus keras, permukaannya halus/licin dan bebas dari sifat perembesan. Kehalusan  bahan pada permukaan akan membebaskan isolator dari jejak air. Sifat menyerap pada bahan isolator akan menurunkan kekuatan dielektrik, dan adanya kotoran ataupun gelembung udara di dalam bahan isolator juga akan mengakibatkan  penurunan kekuatan dielektrik.
Jika bahan isolasi diproduksi pada suhu yang rendah maka  sifat mekaniknya akan menjadi lebih baik, tetapi bahan tersebut bersifat menyerap air dan ketika bahan tersebut digunakan, kondisinya  mungkin akan memburuk. Sebaliknya jika bahan isolasi diproduksi pada suhu yang lebih tinggi, sifat menyerapnya akan berkurang, tetapi bahan isolasi tersebut menjadi rapuh. Jadi di dalam membuat isolator perlu dirancang sedemikian rupa antara kekuatan dielektrik, sifat rembesan terhadap air  dan suhu tempat pengeringannya. Secara mekanis isolator porselen  memiliki kekuatan dielektrik ± 60.000 V/cm, tekanan dan kuat regangannya adalah 70.000 kg/cm2 dan 500 kg/cm2.
2.2 Isolator Gelas
Sering kali gelas digunakan sebagai bahan isolasi. Gelas diproduksi dengan proses penguatan yaitu dipanaskan dulu lalu didinginkan. Isolator yang terbuat dari bahan gelas  ini memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut :
- Kekuatan dielektriknya tinggi kira-kira 140 kV/cm
- Dengan pemanasan yang tepat akan diperoleh resistivitas yang tinggi.
- Koefisien muai panasnya rendah.
- Karena kekuatan dielektriknya tinggi, maka isolator gelas memiliki bentuk yang lebih sederhana dan bahkan dapat digunakan satu lapis sebagai bahan isolator.
- Bersifat transparan (lebih jelas dibandingkan porselen), sehingga sedikit cacat, ketakmurnian gelembung udara, retak-retak, kotoran-kotoran yang lain dapat dideteksi dengan mudah dan bersifat homogen.
- Daya rentanganya lebih besar dari porselen.
- Lebih murah dari pada porselen
Kelemahan dari isolator gelas antara lain :
- Uap-uap air mudah mengembun di sepanjang permukaan isolator, sehingga hal ini dapat menyebabkan penumpukan kotoran-kotoran  pada permukaan isolator dan mempercepat terjadinya arus bocor.
- Pada tegangan yang lebih tinggi, gelas tidak dapat dituang (casting) dalam bentuk atau model yang tidak beraturan, karena pendingin yang tidak teratur akan menyebabkan terjadinya kegentingan-kegentingan didalam isolator dan keadaan ini dapat mempercepat terjadinya arus bocor.
2.3 Isolator Steatite
Steatite adalah magnesium silikat dan dijumpai pada berbagai bagian dari oksida magnesium dengan silikat. Daya rentang dari isolator steatite jauh lebih besar dibandingkan dengan isolator porselen, dan dapat menguntungkan jika digunakan  pada keadaan dimana isolator mengalami regangan sempurna misalnya ketika jaringan saluran transmisi mengalami belokan tajam.
3. Klasifikasi Isolator Transmisi Hantaran Udara
Isolator transmisi hantaran udara diklasifikasi menurut penggunaan dan konstruksinya  menjadi isolator gantung (suspension), jenis pasak (pin-type), jenis batang panjang (long-rod) dan jenis pos-saluran (line post). Gandengan isolator gantung pada umumnya dipakai pada saluran transmisi tegangan tinggi, sedang isolator batang panjang dipakai ditempat-tempat dimana pengotoran udara karena garam dan debu banyak terjadi. Kedua jenis yang lain dapat dipakai pada saluran transmisi yang relatip rendah (kurang dari 22-33 kV).
Pada isolator gantung dikenal dua jenis, yakni clevis type dan ball-and-socket type, yang masing-masing terbuat dari porselen dengan tutup (cap) dari besi tempaan (malleable iron), yang keduanya diikatkan pada porselennya dengan semen berkualitas baik.
Keuntungan-keuntungan dari isolator gantung :
1. Setiap unit dirancang untuk tegangan 11 kV sehingga dengan menghubungkan beberapa buah isolator secara seri, maka sederetan isolator tersebut dapat digunakan untuk setiap tegangan yang diinginkan.
2. Bila didalam deretan isolator yang telah dihubungkan tersebut salah satu isolator rusak, maka proses penggantiannya lebih mudah dan harganya relatif lebih murah.
3. Tekanan mekanis pada rangkaian isolator akan berkurang karena tempat pengikat kawat penghantarnya fleksibel.
4. Apabila deretan isolator tersebut digantungkan pada menara yang terbuat dari baja maka konduktor tegangan tinggi hanya sedikit berpengaruh terhadap sambaran kilat, karena penghantar kawat tersebut posisinya lebih rendah dari pada lengan menara yang ditanahkan dan mempunyai sifat sebagai penangkal petir.
5. Jika beban yang diberikan pada transmisi bertambah, maka potensial jaringan yang ada dapat diperbesar lagi dengan menambahkan sejumlah deretan atau rangkaian isolator.
Isolator jenis pasak dan jenis pos-saluran terbuat dari porselen, yang bagian bawahnya diberi tutup (thimble, cap) besi cor yang disemenkan pada porselen serta pasak baja yang disekrupkan padanya. Karena jenis ini dipakai secara sendirian (tidak dalam gandengan) serta kekuatan mekanisnya rendah, maka tidak dibuat dalam ukuran-ukuran yang besar.
Jenis batang-panjang mempunyai sedikit bagian logam sehingga tidak mudah menjadi rusak. Oleh karena rusuknya yang sederhana maka ia mudah tercuci oleh hujan, sehingga jenis ini sesuai sekali untuk penggunaan pada tempat-tempat yang banyak dikotori garam dan debu
4. Sifat Isolator
4.1 Sifat Listrik
Isolator terdiri dari badan porselen yang diapit oleh elektroda-elektroda. Dengan demikian maka isolator terdiri dari sejumlah kapasitansi. Nilai kapasitansi ini akan semakin besar  oleh timbulnya lapisan yang menghantarkan listrik karena kelembaban udara, debu dan bahan-bahan lainnya yang melekat pada permukaan isolator. Pada jaringan transmisi isolator yang paling dekat dengan konduktor tegangan tinggi akan memikul tegangan yang terbesar. Dengan memasang busur tanduk (arching horn), maka distribusi tegangan diperbaiki dan tegangan pada isolator yang paling dekat dengan kawat fasa akan berkurang. Gambar karakteristik distribusi tegangan isolator rantai dengan pemasangan busur tanduk pada isolator paling atas dan isolator paling bawah ditunjukkan pada Gambar 2.5.
Kegagalan listrik pada isolator dapat disebabkan oleh adanya rongga-rongga kecil pada dielektrik padat (porselen) atau disebabkan terjadinya flashover di sepanjang permukaan isolator. Rongga-rongga kecil pada isolator ditimbulkan karena isolator dibuat kurang sempurna pada saat pembuatan, dengan demikian karakteristik listrik dari isolator tersebut kurang baik. Rongga kecil pada isolator lama-kelamaan akan menyebabkan kerusakan mekanik pada isolator. Terjadinya flashover menyebabkan kerusakan pada isolator oleh karena panas yang dihasilkan busur di sepanjang permukaan isolator. Oleh sebab itu isolator harus dibuat sedemikian rupa sehingga tegangan pada rongga kecil lebih tinggi dari pada tegangan yang menyebabkan flashover.
4.2 Mekanis
Disamping harus memenuhi persyaratan listrik tersebut diatas, isolator harus memiliki kekuatan mekanis guna memikul beban mekanis penghantar yang diisolasinya. Porselen, sebagai bagian utama isolator, mempunyai sifat sebagai besi cor, dengan kuat-tekan (compressive strength) yang besar dan kuat tarik (tensile strength) yang lebih kecil. Kuat-tariknya biasanya 400-900 kg/cm2, sedangkan kuat-tekannya 10 kali lebih besar.
4.3 Sifat Thermal
Dalam peralatan dan instalasi pencatu listrik, panas terjadi karena adanya rugi-rugi ohmik pada konduktor, rugi-rugi dielektrik pada bahan isolasi, rugi-rugi magnetisasi dan rugi-rugi arus Eddy pada inti besi. Jika dibandingkan dengan bahan logam, bahan isolasi mempunyai stabilitas thermal yang sangat rendah, sehingga kenaikan suhu yang diijinkan pada bahan isolasi menjadi patokan dalam menentukan batas suhu kerja dari peralatan. Selama tekanan terus berlangsung pada kondisi operasi statis, panas dibangkitkan akibat rugi-rugi yang seharusnya disebarkan ke medium sekitarnya. Ada tiga jenis mekanisme perpindahan panas, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi.
Untuk memindahkan rugi-rugi panas dengan cepat dari suatu peralatan dibutuhkan bahan yang mempunyai konduktivitas panas yang baik. Kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan baik jika digunakan bahan isolasi kristal, karena susunan kisi-kisi atomnya teratur dan jarak antar atom yang kecil, sehingga perpindahan atom dapat berlangsung dengan baik.
4.4 Sifat Kimia
Jika ada zat asing dari luar menyusup ke dalam bahan isolasi, maka hal ini dapat menyebabkan perubahan sifat kimia bahan isolasi tersebut. Hanya bahan anorganik seperti gelas dan bahan keramik padat yang kedap terhadap zat-zat lain di sekitarnya. Bahan isolasi organik menyerap uap air secara difusi. Sehingga sifat dielektrik dan listriknya memburuk. Kecepatan difusi tergantung kepada struktur bahan dan gaya tarik-menarik molekul bahan dengan molekul zat asing.
Sebagai tambahan, penyerapan air menyebabkan perubahan dimensi (menggelembung) dan kerusakan elektroda. Sehingga diharapkan bahan isolasi pasangan luar harus memiliki kemampuan menyerap air yang rendah untuk mencegah pengurangan kekuatan dielektrik.
5. Pasangan Isolator
Dalam kategori pasangan isolator (fittings) termasuk pasangan-pasangan logam dan perlengkapan-perlengkapan lainnya guna menghubungkan penghantar, isolator dan tiang transmisi.
Pasangan isolator terbuat dari besi atau baja tempaan (malleable) yang ukurannya disesuaikan dengan tegangan, jenis dan ukuran penghantar, kekuatan mekanisnya, serta konstruksi penopangnya (supporting structure). Permukaan pasangan logam ini biasanya digalvanis.
5.1 Busur Tanduk
Bila terjadi lompatan api (flashover) pada gandengan isolator, maka isolatornya akan rusak karena busur apinya. Untuk menghindari kerusakan ini, maka pada gandengan isolator gantung dan isolator batang panjang (long-rod) dipasang   busur tanduk (arching-horns). Busur tanduk ditempatkan  pada bagian atas dan bawah dari gandengan isolator, serta dibentuk sedemikian sehingga busur api tidak akan mengenai isolator waktu lompatan api terjadi. Jarak antara tanduk atas dan bawah biasanya 75-85 % dari panjang gandengan (diperlihatkan pada Gambar 2.7). Tegangan lompatan api untuk gandengan isolator dengan busur tanduk ditentukan oleh jarak tanduk ini. Busur tanduk biasanya dipakai untuk saluran transmisi dengan tegangan diatas 110 kV, atau diatas 66 kV didaerah-daerah dengan tingkat isokeronik yang tinggi. Effek pencegahan korona juga dimiliki oleh busur tanduk.
5.2 Jepitan
Untuk penghantar dipakai pengapit gantungan (suspension clamps) dan pengapit tarikan (tension clamps) sedang untuk kawat tanah dipakai pengapit sederhana. Ada dua jenis pengapit gantung, yang satu dengan batang pelindung dan yang lain tanpa batang pelindung (armor rods). Pengapit dipilih dengan memperhatikan macam dan ukuran kawat, kuat tarik maksimumnya, serta dibentuk sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kerusakan dan kelelahan karena getaran (vibration) dan sudut andongan dari kawat.
6. Kegagalan pada Isolator
Beberapa hal yang menyebabkan kegagalan pada suatu isolator adalah :
a. Keretakan Isolator
Penyebab utama pecahnya atau retaknya suatu isolator adalah tekanan yang dihasilkan didalam bahan porselen yang diakibatkan oleh ketidakseragaman pemuaian dan penyusutan yang terdapat dalam bahan semen, baja, dan porselen yang disebabkan oleh musim panas, dingin, kekeringan dan kelembaban atau akibat adanya pemanasan pada isolator tersebut. Untuk menghindari keretakan pada isolator tersebut, maka telah dilakukan beberapa perbaikan dalam desain pembuatannya, yakni dengan cara menempatkan sejenis pelindung yang kecil diantara lapisan terluar dari porselen dengan pasak baja sehingga pemuaiannya dapat terlaksana secara merata.
b. Ketidakmurnian Bahan Isolator
Jika bahan yang digunakan untuk pembuatan isolator tersebut amat buruk, hal ini akan menimbulkan kebocoran pada isolator sehingga isolator tidak baik untuk pemakaian yang kontiniu.
c. Sifat Penyerapan Bahan Yang Digunakan Dalam Pembuatan Isolator
Jika bahan porselen yang digunakan dalam pembuatan isolator dipabrikasi pada suhu rendah, maka hal ini akan mengakibatkan kekeroposan pada isolator tersebut dan dengan alasan ini maka isolator akan menyerap embun dari lapisan udara atau semen. Kebocoran arus akan dimulai dari isolator tersebut yang akan menyebabkan kegagalan sebagai akibat dari pemakaian bahan yang digunakan dalam pembuatan isolator.
d. Bahan Pelapis Isolator Yang Kurang Baik
Bila bahan isolator tidak benar-benar dilapisi pelapis yang baik sebagaimana mestinya, maka air akan mudah merembes yang dapat menyebabkan menempelnya debu pada permukaan isolator tersebut yang dapat bersifat sebagai penghantar dan mereduksikan jarak lompatan bunga api listrik.
e. Lompatan Bunga Api Listrik (Flashover)
Bila terjadi lompatan bunga api listrik dari suatu kawat ke kawat yang lain maka hal ini akan menimbulkan pemanasan yang berlebihan pada isolator dan dapat menyebabkan pecahnya isolator tersebut.
f. Tekanan Mekanis
Pada saat penarikan kawat-kawat penghantar pada suatu pemasangan jaringan maka isolator akan mengalami tekanan mekanis, sehingga bila bahan digunakan kurang baik, maka hal ini dapat menyebabkan kerusakan atau pecahnya isolator.
g. Terjadinya Hubung Singkat
Terkadang gangguan alam seperti kumpulan burung yang hinggap atau pepohonan yang mengena pada kawat penghantar maupun isolator dapat mengakibatkan terjadinya arus hubung singkat, kondisi ini merupakan penyebab terjadinya kegagalan dari suatu isolator. Keadaan seperti ini hanya mungkin terjadi bila jarak antar konduktor lebih kecil dari standar yang telah ditentukan.

Selasa, 17 April 2012

Compensator ║ Kompensator ║ Static Var Compensator (SVC) ║ FACTS ║ Proteksi Jaringan 3 Fasa Terhadap Beban tidak Seimbang

Kompensator / Static Var Compensator (SVC) / FACTS

Perkembangan teknologi FACTS telah mengalami dua generasi. Generasi pertama menghasilkan dua jenis peralatan. Alat pertama diberi nama Static Var Compensator (SVC) yang sudah diimplementasikan pada jaringan transmisi listrik semenjak pertengahan tahun 70-an. SVC berfungsi sebagai pemelihara kestabilan kondisi steady state dan dinamika voltase dalam batasan yang sudah ditentukan pada jaringan transmisi berjarak jauh dan berbeban tinggi (heavily loaded). Fungsi SVC diperoleh dengan menggunakan thyristor yang secara cepat dapat menghubungkan atau memutuskan induktor ataupun kapasitor pada jaringan transmisi. Namun kekurangannya, alat ini tidak dapat dipergunakan sebagai alat pengendali aliran daya listrik aktif (active power) yang sangat vital dalam sistim jaringan transmisi listrik AC. Lain dari itu, SVC juga didapati sangat rendah efisiensinya jika terjadi turunnya voltase dari transmisi secara drastis. Demonstrasi pertama pemasangan SVC dilaksanakan tahun 1978 pada jaringan transmisi 115kV Minnesota Power & Light dan telah berhasil menunjukkan perbaikan kendali stabilisasi dan voltase pada jaringan transmisi tersebut. Gambar 1 menunjukkan contoh dari topologi SVC.  

Gambar 1
Gambar 1. Static VAR Compensator
Alat berikutnya yang dikembangkan pada generasi pertama diberi nama NGH-SSR (Narain G. Hingorani – SubSynchronous Resonance) Damper. Alat ini dirancang untuk mengatasi permasalahan subsynchronous resonance (SSR) yang ditemukan pada jaringan transmisi listrik AC. Jaringan transmisi 500kV Southern California Edison dijadikan tempat pemasangan pertama dari alat ini pada tahun 1980-an setelah SSR mengakibatkan kerusakan fatal pada salah satu generatornya. NGH-SSR seperti yang ditunjukan gambar 2 juga terdiri dari thyristor yang dihubungkan dengan induktor dan tahanan secara seri. Alat inilah yang kemudian menjadi cikal bakal dari salah satu alat yang dikembangkan dalam generasi kedua FACTS yaitu alat yang dikenal dengan nama Thyristor Controlled Series Capacitor (TCSC).
 

Gambar 2
Gambar 2. NGH - SubSynchronous Resonance
 
Semakin berkembangnya teknologi dibidang pembuatan Thyristor mendorong terciptanya generasi kedua dari FACTS. Pada generasi kedua beberapa peralatan FACTS baru telah dikembangkan. Pertama adalah alat yang diberi nama Thyristor Controlled Series Capacitor (TCSC) yang berfungsi sebagai pengendali impedansi dari jaringan transmisi. Seperti diketahui, impedansi sepanjang jaringan transmisi umumnya bersifat induktif sedangkan yang bersifat resistif hanya berkisar 5 sampai 10 persen. Ini berarti akan terasa sangat besar manfaatnya apabila kita mampu mengendalikan impedansi transmisi yang bersifat induktif pada kondisi stabil (steady state impendance). Hal ini dapat ditempuh dengan cara penambahan kapasitor dan induktor secara seri. Penghubungan kapasitor secara seri akan berakibat pengurangan impedansi pada transmisi sedangkan penghubungan induktor secara seri akan berarti penaikan impedansi pada transmisi yang sama. Gambar 3 menunjukkan contoh dari TCSC yang telah dipasang pada jaringan transmisi 500kV milik Bonneville Power Administration (BPA) dinegara bagian Oregon. Studi kasus pemasangan TCSC yang telah dilaksanakan oleh Electric Power Research Institute (EPRI) pada satu jaringan transmisi menunjukkan bahwa TCSC berhasil meningkatkan kuantitas aliran daya (dalam MW) sebanyak 30% dengan sekaligus menjaga stabilitas sistim jaringan transmisi tersebut. Hal ini yang mengakibatkan pemasangan TCSC, menurut studi kasus pada jaringan transmisi tersebut, akan memberikan keuntungan sebesar kurang lebih $68 juta US dolar setiap tahunnya.
 
Gambar 3
Gambar 3. Thyristor Controlled Series Capacitor (TCSC)
Alat yang kedua diberi nama Static Condenser (STATCON) dan berfungsi sebagai penyedia Volt Amp Reactive (VAR) untuk menjaga kestabilan voltase pada jaringan transmisi yang panjang dan berbeban tinggi (heavily loaded). Pada akhirnya nanti, STATCON diharapkan untuk dapat menggantikan pemakaian alat Rotating Synchronous Condensers yang kini umum dipasang. STATCON adalah alat FACTS pertama yang menggunakan tipe thyristor berbeda dari peralatan FACTS sebelumnya. Jenis thyristor yang dipakai adalah jenis GTO (Gate Turned-Off). Pada dasarnya, STATCON adalah alat yang berbasis inverter tiga fasa yang dihasilkan oleh voltase satu arah (dc) dari kapasitor seperti yang diilustrasikan oleh Gambar 4. Pada gambar tersebut, jika voltase V0 lebih tinggi (atau lebih rendah) dari pada voltase sistim transmisi V, maka selisih sudut fasa dari kedua voltase tersebut akan menentukan jumlah arus listrik yang mengalir serta arus listrik akan menjadi lead (atau lag). Dengan jalan demikian, maka daya reaktif beserta arahnya pada sistim transmisi akan dapat dikendalikan secara cepat dan berkelanjutan (continuous). Dua contoh studi kasus pemasangan STATCON di Amerika Serikat telah dilaksanakan dengan hasil yang memuaskan. Percobaan pertama adalah pemasangan 1 Mvar STATCON pada jaringan transmisi milik Orange & Rockland Utilities Inc di negara bagian New York pada tahun 1989. Sedangkan studi kasus berikutnya adalah pemasangan 100-Mvar STATCON pada tahun 1995 di jaringan transmisi Sullivan milik Tennessee Valley Authority (TVA) di negara bagian Tennessee.
 
Gambar 4
Gambar 4. Static Condenser (STATCON)
Selanjutnya adalat alat FACTS yang disebut TCPR kependekan dari Thyristor Controlled Phase angle Regulator. Fungsi dari alat ini tidak lain adalah sebagai pengendali selisih sudut fasa pada voltase dari kedua ujung jaringan transmisi yang sama. Fungsi tersebut dimungkinkan dengan cara penyuntikan voltase secara seri pada jaringan transmisi listrik. Gambar 5 menunjukkan konsep dari TCPR ini. Penambahan sudut fasa a pada voltase transmisi V dicapai dengan cara menambahkan voltase Vq yang tegak lurus terhadap V. Voltase Vq sendiri dihasilkan dari voltase sekunder dari transformer yang dihubungkan ke dua fasa dari sistim transmisi tiga fasa ini. Percobaan pemasangan TCPR telah dilaksanakan dengan sukses diberbagai lokasi jaringan transmisi di Amerika Serikat. Salah satu contoh adalah pemasangan TCPR di jaringan transmisi 230kV milik Minnesota Power yang telah terbukti mampu menghasilkan selisih sudut fasa dengan sangat cepat.
 
Gambar 5
Gambar 5. Thyristor Controlled Phase angle Regulator
Alat selanjutnya adalah konsep lain dari pengaturan selisih sudut fasa seperti pada TCPR. Alat ini diberi nama Unified Power Flow Controller (UPFC) yang mana perancangannya berbasis inverter dengan menggunakan thyristor. Sebagaimana diilustrasikan pada gambar 6, pada UPFC, vektor voltase Vpq yang dihasilkan oleh inverter disuntikkan secara seri ke jaringan transmisi. Voltase searah (dc) yang digunakan inverter ini didapatkan dari hasil penyearah (rectification) voltase dari transmisi yang sama. UPFC merupakan alat kendali daya aktif dan daya reaktif secara terpisah pada trasmisi listrik dan dapat dipasang pada ujung pengirim maupun penerima daya. Lebih penting lagi, UPFC juga merupakan alat pengendali daya yang sangat fleksibel karena dapat menggunakan salah satu ataupun kombinasi parameter dasar dari sistim aliran daya yaitu voltase transmisi, impedansi transmisi, dan selisih sudut fasa transmisi. Hal ini merupakan suatu keuntungan karena dengan pemasangan satu UPFC yang dapat mengendalikan ketiga parameter tersebut, maka tidak hanya sistim jaringan transmisi akan menjadi lebih baik, tetapi juga akan menjadi lebih murah dan mudah dalam pemeliharaan dan pengoperasiannya. Dengan kata lain, pemasangan satu UPFC akan sama halnya dengan pemasangan alat TCSC, STATCON dan TCPR secara bersamaan. Studi kasus terhadap UPFC, baik itu dalam skala besar maupun kecil telah berhasil dilaksanakan. Sebagai contoh, 1060 MVA UPFC telah dipasang pada jaringan transmisi 500kV yang menghubungkan kota Phoenix (negara bagian Arizona) dengan kota Las Vegas (negara bagian Nevada) dan kota Los Angeles (negara bagian California). Gangguan tiga fasa pada satu titik di jaringan tersebut disimulasikan untuk menginvestigasi reaksi UPFC dan peralatan konvesional. Hasil simulasi menunjukkan UPFC memberikan reaksi lebih stabil dibandingkan dengan reaksi peralatan konvesional. Voltase dari transmisi menunjukkan lebih kurang osilasinya dengan menggunakan UPFC dibandingkan pemasangan peralatan lama. Dengan demikian, UPFC merupakan alat yang dapat dihandalkan untuk pengendalian aliran daya listrik dengan sekaligus menjaga kestabilan sistim jaringan transmisi itu sendiri.
 
Gambar 6
Gambar 6. Unified Power Flow Controller
Beberapa peralatan FACTS lainnya yang juga dikembangkan adalah TCBR, TCSR, dan TCVL. TCBR adalah singkatan dari Thyristor Controlled Braking Resistor yang dapat menjadi alternatif yang compact dan murah dari penggunaan Mechanically Switched Braking Resistor yang saat ini umum digunakan. Pemasangan braking resistor dekat unit pembangkit sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya percepatan pada generator setelah terjadinya pemutusan beban (loss of load) pada transmisi. Direncanakan sebelum tahun 2000 an nanti, alat TCBR ini akan mencapai tahap penyelesaian. Yang berikutnya adalah TCSR singkatan dari Thyristor Controlled Series Reactor yang dapat digunakan pada jaringan transmisi yang membutuhkan pengurangan beban dengan cepat dan pembatasan dari arus gangguan (fault). Alat ini dapat pula digunakan bersama TCSC pada jaringan transmisi yang memerlukan kompensasi induktif seri yang tinggi. Rancangan alat ini telah dilaksanakan pada pertengahan dekade 90-an. Terakhir adalah Thyristor Controlled Voltage Limiter berfungsi sebagai pembatas kelebihan voltase (overvoltage) selama selang waktu yang relatif cukup lama yang dapat merusak peralatan pada jaringan transmisi. Sebagaimana halnya dengan TCSR, rancangan alat ini juga dimulai sekitar pertengahan dekade 90-an.

Kesimpulan

Fleksibel adalah merupakan keuntungan utama yang menjadikan FACTS sebagai teknologi baru yang sangat menarik untuk kendali aliran daya listrik pada sistim transmisi. Namun perlu diingat, bahwa yang membuat FACTS menjadi teknologi aliran daya listrik masa depan adalah karena kemampuannya untuk memberikan kemudahan dan kelebihan yang tidak didapatkan dari peralatan aliran daya listrik mekanik. Kemudahan dan kelebihan yang dimaksud mencakup hal peningkatan kualitas dan kapasitas jaringan transmisi listrik baik itu dari segi pemeliharaan maupun pengoperasian. Dengan FACTS, jaringan transmisi listrik akan lebih terjamin kestabilannya, lebih aman dari gangguan, dan yang paling penting adalah lebih meningkatnya tingkat efisiensi dari pemakaian jaringan transmisi yang tentunya memberi keuntungan ekonomi karena meningkatnya kapasitas aliran daya listrik tanpa membuat jaringan transmisi baru. Keuntungan ekonomi yang lain juga didapatkan karena FACTS adalah peralatan yang berbasis elektronik sehingga selain reaksinya cepat, juga akan lebih terpercaya dan tahan lama dibandingkan dengan peralatan yang berbasis mekanik. Hambatan yang dihadapi dalam pengembangan peralatan FACTS berhubungan dengan penggunaan thyristor jenis GTO yang mana harganya masih lebih mahal dari thyristor jenis biasa. Penelitian dan pengembangan ke arah pembuatan jenis thyristor yang lebih unggul dan murah dari GTO telah berjalan dan menghasilkan jenis thyristor baru yang diberi nama MOS Controlled Thyristor (MCT). Walaupun belum ada peralatan FACTS yang menggunakan MCT, namun sudah dapat diperkirakan bahwa peralatan FACTS generasi berikutnya kemungkinan besar akan mengganti fungsi GTO dengan MCT tersebut.

Daftar Pustaka

  1. N.G.Hingorani, High Power Elelctronics, Scientific American, Novembar 1993.
  2. R. Nelson, Transmission Power Flow Control, IEEE Transactions on Power Delivery, April 1994. q
 Oleh: Taufik, M.Sc. email: taufik@csuax.csuohio.edu